DISKUSI PLUS2
Sucik Puji Utami (Mahasiswa UT Ambon)
Dr. Amri Darwis (Dosen Pengampu)
Dalam materi berjudul " Membangun Kultur dan
Etika " dijelaskan ada faktor2 penentu keberhasilan pembangunan suatu
etika perilaku dan kultur organisasi yang anti kecurangan, mari kita diskusikan
faktor2 tersebut, ditunggu. Salam.
JAWAB:
Setiap organisasi bertanggungjawab
untuk berusaha mengembangkan
suatu perilaku organisasi yang mencerminkan kejujuran dan etika yang dikomunikasikan secara tertulis dan
dapat dijadikan pegangan oleh seluruh pegawai. Kultur tersebut harus memiliki akar dan memiliki
nilai-nilai luhur yang menjadi dasar bagi etika pengelolaan suatu organisasi atau
suatu entitas.
Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dengan SK Nomor
25/KEP/M.PAN/4/2002 tanggal 25 April 2002 telah
menentapkan 17 pasang nilai-nilai dasar budaya kerja bagi aparatur
negara yaitu : komitmen dan konsisten,
ewenang dan tanggungjawab, keihlasan dan kejujuran, integritas dan
profesionalisme, kreativitas dan kepekaan, kepemimpinan dan keteladanan,
kebersamaan dan dinamika kelompok kerja, ketepatan dan kecepatan, rasionalitas
dan kecerdasan emosi, keteguhan dan ketegasan, disiplin dan keteraturan kerja,
keberanian dan kearifan, dedikasi dan loyalitas, semangat dan motivasi,
ketekunan dan kesabaran, keadilan dan keterbukaan, dan pengusaan ilmu
pengetahuan & teknologi.
Implementasi Nilai-nilai yang terdapat dalam Budaya Kerja tersebut
dalam suatu organisasi sangat erat
hubungannya dengan kemauan manajemen untuk membangun suatu etika perilaku dan
kultur organisasi yang anti kecurangan, sehingga dapat mengurangi atau
menghindari terjadinya 3 ( tiga ) kecurangan pokok seperti (1) kecurangan dalam
laporan keuangan (2) kecurangan penggelapan asset dan (3) kecurangan tindak
pidana korupsi.
Faktor-faktor penentu
keberhasilan
Keberhasilan
pembangunan suatu etika perilaku dan
kultur organisasi yang anti
kecurangan yang akan mendukung secara efektif penerapan nilai-nilai
budaya kerja, sangat erat hubungan
dengan hal-hal atau faktor-faktor penentu keberhasilannya yang saling terkait
satu dengan yang lainnya sebagai berikut :
1.
Komitmen
dari Top Manajemen Dalam Organisasi
Komitmen adalah sebagai perjanjian atau keterikatan untuk melakukan sesuatu
yang terbaik dalam organisasi atau kelompok tertentu (Aranya & Ferris
1984:1). Komitmen dari top manajemen dalam organisasi merupakan faktor penting
penentu keberhasilan dalam suatu organisasi. Karena dalam organisasi pimpinan
tidak bekerja sendiri melainkan bekerja sebagai tim sehingga diperlukan
komitmen dari top manajemen. Hal ini dapat dilakukan dengan :
a.
Manajemen
harus memberikan contoh/teladan dan kemauan yang kuat untuk membangun suatu
kultur yang kuat dalam organisasi yang dipimpinnya.
Contoh : dalam instansi kerja saya di Ditjen Perhubungan Udara, pimpinan
selalu memberikan contoh tentang kedisiplinan yang diharapkan dari kedisiplinan
beliau akan memberikan motivasi bagi pegawai untuk dapat mencotohnya. Sehingga
teladan dari pimpinan diberikan dalam perilaku bukan hanya sekadar perintah.
b.
Komitmen
moral dan keterbukaan dalam komunikasi.
Kedua hal tersebut dapat mewujudkan harapan munculnya etika perilaku yang
kuat, karena banyak pegawai yang tidak menyukai perbuatan pimpinan yang
kurang bermoral dan kurang terbuka dalam berkomunikasi. Manajemen harus memperlihatkan
kepada karyawan tentang adanya kesesuain antara kata dengan perbuatan dan tidak
memberikan tolerensi terhadap perbuatan-perbuatan yang melanggar kaedah-kaedah
etika organisasi yaitu dengan diberikan
sanksi hukuman yang jelas dan demikian pula sebaliknya terhadap pegawai yang
berprestasi dan bermoral baik diberikan penghargaan yang proporsional.
Sebagai contoh di instansi saya bekerja, setiap pegawai yang memiliki kinerja dan prestasi kerja baik
akan diberikan penilaian baik yang nantinya besaran tunjangan kinerja yang
diterimanya penuh, sedangkan bagi pegawai yang melanggar aturan dikenakan
hukuman disiplin pegawai sesuai aturan yang berlaku baik hukuman ringan, sedang
maupun berat yang hal ini akan memiliki imbas pada pemotongan prosentase
tunjangan kinerja yang diterima. Adanya pelaksanaan reward dan punishment yang konsisten akan memberikan nilai tambah
bagi terciptanya suatu etika perilaku dan struktur organisasi yang kuat.
Pegawai akan merasakan diperlakukan secara adil dan merasa bersyukur atas
posisi yang diraihnya bilamana etika organsasi dapat ditegakan secara
konsisten oleh manajemen.
c.
Pimpinan
hendaknya menjadi sponsor utama dalam upaya
terciptanya semangat anti kecurangan yaitu dengan membangun suatu kultur
organisasi yang mengandung sistem nilai yang kuat dan berdasarkan profesionalisme, integritas,
kejujuran dan loyalitas yang tinggi untuk mewujudkan visi dan misi organisasi.
2.
Membangun
Lingkungan Organisasi Yang Kondusif
Kepedulian positif dari lingkungan kerja sangat diperlukan dalam
membangun suatu etika perilaku dan kultur oganisasi yang kuat. Rendahnya
kepedulian dan rendahnya moral akan
menyuburkan tindakan kecurangan yang pada akhirnya akan merusak bahkan dapat
menghancurkan organisasi.
Berikut ini hal-hal yang dapat membantu terwujudnya lingkungan
kerja yang positif dalam mengurangi
resiko kecurangan yaitu :
a.
Memperkenalkan reward system yang berkaitan dengan pencapaian tujuan dan
hasil
b.
Memiliki
kesempatan yang sama bagi seluruh karyawan
c.
Adanya tim
orientik , kerjasama dalam mengambil
suatu keputusan
d.
Program
kompensasi administarasi yang profesional
e.
Program
pelatihan yang profesional dan proritas dalam pembinaan
karir.
3.
Perekrutan dan promosi pegawai
Perekrutan dan promosi pegawai dimaksdukan
untuk meminimalkan atau mengurangi terjadinya kecurangan yang mungkin akan
terjadi disuatu hari. Setiap pegawai memiliki masing-masing seperangkat
nilai-nilai kejujuran, integritas dan
kode etik personal. Oleh karena itu perlu adanya kebijakan dari organisasi
untuk memilih pegawai yang jujur dan dapat dipercaya.
4.
Pelatihan yang berkesinambungan
Pegawai baru sebaiknya diberi pelatihan
tentang nilai-nilai organisasi atau
entitas dan standar-standar pelaksanaan pada saat perekrutan. Pelatihan
ini sebaiknya secara ekplisit dapat
mengadopsi harapan-harapan dari seluruh pegawai. Contoh di Kementerian
Perhubungan: ketika calon pegawai negeri sipil telah lulus tes maka tahap
selanjutnya akan dilaksanakan pelatihan atau diklat Prajabatan yang mana dalam
diklat tersebut diberikan materi tentang nilai-nilai organisasi atau entitas.
5.
Mencipatakan saluran komunikasi yang
efektif
Manajemen membutuhkan informasi mengenai
pelaksanaan dan pertanggung jawaban pekerjaan apakah sudah susuai dengan kode
etik atau tidak dari
masing-masing pegawai. Masing-masing
pegawai harus dapat menginformasikan tentang
pelaksanaan kode etik tersebut mulai dari
pemegang posisi tertinggi sampai yang terendah.
Permintaan komfirmasi tersebut minimal
dilakukan setahun sekali, hal ini bukan hanya formalitas
saja tetapi laporan tersebut betul-betul dapat digunakan sebagai
pencegahan dan pendekteksian bila
terjadinya perbuatan curang dalam
organisasi. Laporan yang jujur dari karyawan sangat
dibutuhkan dan bukan atas dasar sakit hati atau irihati pada seseorang.
6.
Penegakan disiplin
Kedisiplinan merupakan suatu kunci
penting keberasilan dalam menerapkan dan
memelihara kode etik dalam suatu
organisasi.Tindakan disiplin akan dapat mengurangi perbuatan curang yang
dilakukan pegawai.
DAFTAR PUSTAKA
Amrizal
SE.Ak, MM, CFE. Membangun Kultur dan Etika Internal
Organisasi
No comments:
Post a Comment