NAMA : SUCIK PUJI UTAMI
NIM/ UT : 530015311/AMBON
MATA KULIAH : PERILAKU ORGANISASI (EKMO
5101.02)
DOSEN : Dr. AMRI DARWIS
TUGAS I
Salah satu RS yang dibangun
pemerintah kolonial Belanda tahun 1940 terletak di pusat kota, bahkan relatif
padat dilalui oleh lalu-lintas disekitarnya. Secara topografi letaknya yang
strategis menjadikannya sebagai salah satu rumah sakit tujuan rujukan pasien
lain dari daerah sekitar, bahkan pasien dari kabupaten berbeda pun lebih
memilih RS ini dibanding tempat lain, dan kualifikasi tenaga medis yang
tersedia cukup lumayan untuk ukuran kota kecil.
Namun demikian ada beberapa
persoalan yang dihadapi oleh rumah sakit ini antara lain Dokter umum dan
spesialis; terkesan lebih mengutamakan praktek swasta di tempatnya
masing-masing, dengan konsekuensi logis karena dokter spesialis memiliki Klinik
sendiri, mereka lebih fokus pada pelayanan pasien di Klinik pribadi, bahkan
pada banyak kasus itu mengurangi tingkat kehadiran dan pelayanan medis mereka
di RS, sementara jumlah tenaga spesialis sangat kurang. Akibatnya masyarakat
terpaksa menanggung biaya kesehatan yang membengkak, di banding pelayanan RS.
Selain itu Dokter ahli kebidanan
memiliki Klinik bersalin sendiri, dengan tenaga bidan yang diseleksi sendiri
dari tenaga bidan yang ada di RS. Masalah yang muncul ialah sejumlah tenaga
bidan yang tak terpakai merasa dirugikan karena banyak pasien yang hendak
bersalin di RS, menjadi dialihkan ke klinik pribadi Dokter tadi, belum lagi
kecemburuan yang muncul karena kesenjangan penghasilan, sedikit banyak akan
berpengaruh pada pola relasi antara dokter dengan bidan atau antara bidan denga
bidan yang lain atau antara sang dokter dengan manajemen RS sendiri.
Kemudian masyarakat mengeluhkan
tingginya biaya pelayanan kesehatan di RS apalagi di tempat praktek pribadi. Di
RS, para dokter cenderung lebih memilih bekerjasama dengan perusahaan obat
tertentu, ketimbang meresepkan obat yang tertera dalam jaminan Askes. Sehingga
citra RS dan tenaga medis menjadi buruk karena kurang berpihak pada masyarakat.
Suasana kerja dimana dokter masih
terlalu dominan, terlihat cukup mengganggu fungsi dan kinerja tenaga kesehatan
lainnya, hal ini didukung pula oleh kebijakan RS yang tak terlalu memberi
tempat bagi upaya promotif dan preventif. Kesan tersebut terasa kental tatkala
kita mengamati tenaga kesehatan non dokter yang sebenarnya dapat didayagunakan
tetapi belum juga terpakai maksimal sebab terbentur kendala political willpemimpin
daerah tersebut. Akibatnya dokter dapat terjebak untuk menjadi bergerak di luar
hal yang semestinya.
Sarana penunjang lainnya seperti
laboratorium dan pemeriksaan lainnya masih belum memadai, hal ini kurang lebih
terkait dengan penganggaran sektor kesehatan di daerah tersebut masih belum
menempati porsi yang cukup. Kinerja dari dinas kesehatan juga kurang maksimal,
seharusnya melakukan analisis kebutuhan, sesuai skala prioritas. Alat-alat
pemeriksaan penunjang yang terbatas tadi berimplikasi pada kinerja pelayanan
yang tak maksimal, dalam beberapa kasus, pasien terpaksa harus dirujuk ke RS
yang lebih lengkap karena keterbatasan alat, ini artinya sekali lagi pasien
harus menanggung biaya tambahan.
Tenaga kesehatan lainnya seperti
paramedik dan suster senior terkesan kurang begitu bersahabat dengan manajemen
RS, yang belum lagi mengelola RS dengan terbuka dengan menerapkan konsep
organisasi pelayanan kesehatan modern.
Begitu juga dengan tenaga keamanan,
kebersihan dan laundry tak terlembagakan dengan rapi, akibatnya banyak muncul
masalah lain yang tak diinginkan. Serta kurangnya paket pelatihan dan
pendidikan sebagai wahana penyegaran tenaga kesehatan baik dilakukan oleh RS
sendiri maupun oleh dinas kesehatan.
Poin-poin yang telah dipaparkan di
atas menarik dikaji lebih dalam, bahwa ternyata ada banyak variable yang
berpengaruh dalam pelayanan kesehatan RS, satu hal memiliki pengaruh yang
bersifat resiprokal (timbal balik) antara satu elemen dengan elemen yang lain.
Pertanyaan
Sekiranya Anda ditunjuk menjadi pimpinan di Rumah
Sakit tersebut, maka rumuskan sebuah kebijakan yang bisa menjadi solusi Anda
atas kasus yang muncul seperti diuraikan di atas ditinjau dari sudut pandang
teori perilaku organisasi!
JAWABAN:
Organisasi
adalah sistem sosial yang mempunyai pola kerja yang teratur dan yang didirikan
oleh manusia serta beranggotakan sekelompok manusia dalam rangka mencapai satu
set tujuan tertentu (David Cherrington:1989). Di dalam organisasi terdapat
individu-induvidu yang beragam dan tentunya keragaman ini akan berakibat beragam
pula tujuan individu-individu. Tentang adanya perbedaan tujuan individu (tujuan
para anggota organisasi) dan tujuan didirikannya organisasi ditegaskan oleh
Jeniffer M. Goerge dan Gareth Jones.
Tugas
utama seorang manajer atau pimpinan ialah bisa mendeskripsikan, menjelaskan dan
memprediksi serta mengendalikan perilaku manusia dalam organisasi sehingga
tujuan didirikannya organisasi dan tujuan orang-orang (individu-individu) yang
terlibat di dalamnya bisa tercapai secara optimal. Untuk itu seorang manajer
perlu memahami tentang kepribadian seseorang dalam organisasi.
Teori
konflik (conflict theory) merupakan salah satu teori kepribadian yang
menjelaskan bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa menghindarkan diri dan
selalu berhadapan dengan dua kekuatan berlawanan yang tarik-menarik. Oleh
karena itu, agar tidak terjebak dalam salah satu kekuatan, seseorang dalam
kehidupan sehari-harinya selalu berupaya mengambil jalan tengah atau kompromi
sehingga kedua kekuatan tersebut bisa berjalan seimbang secara dinamis. Salah
satu teori konflik yang cukup populer dalam disiplin ilmu psikologi adalah psychoanalytic theory yang dicetuskan
oleh Sigmund Freud. Freud membagi kepribadian menjadi tiga bagian atau sistem
yang berbeda yaitu: “id”, “ego”, dan “superego”
Selain
kepribadian individu, seorang manajer juga perlu memahami tentang nilai
individu. Dalam studi perilaku, organisasi memahami nilai-nilai personal
karyawan bukan merupakan pilihan, melainkan keharusan bagi para manajer karena
nilai-nilai personal merupakan landasan untuk memahami sikap dan perilaku
karyawan. Ketika seseorang bergabung dalam suatu organisasi, ia juga mebawa
serta nilai-nilai personalnya. Jadi organisasi merupakan tempat bertemunya
berbagai macam konsep nilai, yaitu nilai masyarakat (society values), nilai institusi (institutional values), nilai organisasi (organizational value), nilai kerja (work values), nilai
profesi (profesional values)dan nilai personal (persnoal values). Akibat langsung dari bertemunya konsep nilai
tersebut adalah kemungkinan terjadinya perbedaan antara satu konsep nilai dan
konsep nilai yang lain. Oleh karena itu, konflik nilai sering tidak bisa
dihindarkan.
Tiga
konflik nilai yang telah dipelajari dalam perilaku organisasi ialah intrapersonal value conflict, interpersonal conflict, dan person-organizational value conflict. Untuk
mengatasi konflik nilai ini, beberapa cara bisa dilakukan. Untuk mengatasi intrapersonal value conflict, Barbara
moses misalnya menyarankan agar organisasi bisa menjadi tempat yang bersahabat
dengan kehidupan yang memberi kesempatan kepada karyawan untuk merefleksikan
dirinya-bagaimana seorang karyawan menjalani hidup dan menghabiskan waktunya
untuk kehidupan. Sementara untuk mengatasi interpersonal
conflict, Thomas Behr menyarankan agar para ekseutif menjadi value-centered leaders, yakni seorang
pemimpin yang berbasis pada nilai-nilai. Dengan menempatkan diri seperti ini,
pemimpin diharapkan bisa menjadi mediator ketika terjadi konflik nilai,
khusunya konflik yang disebabkan hubungan antarpersonal atapun konflik nilai
yang terjadi karena perbedaan nilai-nilai personal karyawan dengan nilai-nilai
organiasasi.
Sikap
kerja juga perlu dipelajari oleh seorang manajer. Paling tidak ada empat alasan
mengapa seorang manajer perlu memahami sikap kerja karyawan. Pertama, pada situasi tertentu sikap
seseorang berpengaruh terhadap perilaku individu orang tersebut. Sikap dan
perilaku seseorang merupakan hubungan timbal balik (reciprocal) yang saling mempengaruhi. Kedua, dalam konteks pekerjaan, membangun sikap kerja positif
sangat berguna bagi alasan kemanusiaan terlepas bahwa sikap tersebut akan
meningkatkan produktivitas seseorang atau tidak. Ketiga, banyak organisasi yang dengan sengaja mendesain program
untuk mencipatakan sikap positif. Pelatihan kepemimpinan, konsultasi karier,
atau job enrichment adalah beberapa
contoh program perusahaan yang sengaja diciptakan untuk untuk membangun sikap
positif karyawan. Keempat, sikap
seseorang memainkan peran penting dalam studi perilaku organisasi, khususnya
teori motivasi. Oleh karena itu seorang manajer wajib memahami sikap kerja
karyawan mengingat sikap positid maupun negatid tentu akan berpengaruh terhadap
kinerja organisasi.
Secara
umum tugas seorang manajer adalah meningkatkan kinerja organisasi dan
meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Dua variabel yang saling mempengaruhi
tetapi bisa juga independen satu sama lain. Beberapa kasus menunjukan bahwa
kinerja yang tinggi tidak selalu diikuti dengan kepusan kerja karyawan.
Demikain juga kepusan kerja yang tinggi tidak selalu menyebabkan kinerja
organisasi tinggi. Yang paling idel ialah kepusan kerja karyawan diikuti oleh
kinerja organisasi. Inilah harapan para manajer pada umumnya.
Dari
contoh kasus RS diatas dapat diidentifikasi adanya masalah-masalah yang terjadi
dalam organisasi atau RS yaitu:
1. Adanya
dokter spesialis yang lebih mengutamakan bekerja di klinik pribadi daripada di
RS;
2. Adanya
kecemburuan sosial dari kebanyakan bidan akibat dirugikan secara financial
karena pasien dialihkan ke klinik pribadi dokter;
3. Adanya
keluhan dari masyarakat karena biaya pengobatan yang tinggi akibat dialihkan ke
klinik dokter;
4. Kebijakan RS
yang tak terlalu memberi tempat bagi upaya promotif dan preventif bagi pegawai
non dokter akibat terbentur kendala political will pemimpin daerah
5. Masih kurang
memadainya sarana dan prasarana RS seperti laboratorium, tenaga keamanan dan
laundy;
6. Manajemen
RS belum mengelola RS dengan terbuka dengan menerapkan konsep organisasi
pelayanan kesehatan modern.
Masalah
yang terjadi di RS tersebut cukup kompleks mulai dari permasalahan individu
dalam organisasi sampai dengan manajemennya. Ketika saya ditunjuk menjadi
pimpinan di RS tersebut maka langkah yang akan saya tempuh antara lain:
a. Langkah
awal yang saya tempuh adalah memperbaiki manajemen dalam organisasi terlebih
dahulu, baik seraca administrasi maupun secara operasional pelayanan terhadap
masyarakat.
b. Selanjutnya
menyusun SOP pelayanan, administrasi dan operasional
c. Mangadakan
rapat internal antara pimpinan, dokter spesialis dan para bidan terkait masalah
klinik praktek, kecemburuan sosial dan biaya berobat yang tinggi sebagai akibat
dialihkannya pengobatan ke klinik praktek dokter untuk mencari jalan tengah
atau solusi konflik tersebut. Dalam rapat disampaikan kembali bahwa tugas pokok
dan fungsi seorang dokter di RS adalah memberikan pelayanan kepada masyarakat. Dokter
tersebut boleh saja membuka klinik praktek namun dengan catatan klinik praktek
dibuka diluar jam kerja RS, sehingga tidak mengganggu jam kerja pelayanan di RS
dan tidak menimbulkan kecemburuan sosial diantara bidan dan pegawai non dokter.
Dari sini otomatis pelayanan kepada masyarakat dapat dijalankan dengan baik dan
tepat waktu sehingga biaya beorbat dapat lebih murah.
d. Mengklasifikasikan
pegawai yang berkompeten. Hasilnya sebagai data untuk mengusulkan diklat atau
pelatihan dan pendidikan sebagai wahana penyegaran tenaga kesehatan dan
nantinya dengan kompetensi yang dimiliki dapat dipromosikan untuk jabatan
tertentu. Hal ini merupakan salah satu usaha untuk memotivasi pegawai sehingga
mereka lebih semangat bekerja dan mencapai kepuasan dalam bekerja serta memberikan
peningkatan kinerja pada organisasi.
e. Memperbaiki
sarana dan prasarana di RS, seperti fasilitas laboratorium, tenaga keamanan dam
laundry. Perbaikan ini tentunya memerlukan dana yang cukup besar sehingga perlu
meninjau kembali kondisi keuangan atau anggaran yang ada di RS. Jika anggaran
yang ada di RS masih memungkinkan maka dapat segera diperbaiki semua sarana
prasarana tersebut. Namun jika kondisi anggaran kurang mencukupi maka kita prioritaskan
saran prasaran yang lebih urgent terlebih dahulu untuk diperbaiki sambil
menyiapkan dana untuk memperbaiki sarana yang lain. Dan untuk kekurangan
anggaran ini ada baiknya hal ini dikomunikasikan kembali dengan pihak
pemerintah daerah dan dinas kesehatan untuk pertimbangan penambahan anggaran di
tahun selanjutnya.
No comments:
Post a Comment